senja pagi. Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 24 Oktober 2014

Historitas Alquran

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak akan lepas dari sejarah. Begitu pula dengan kitab suci umat Islam yang umum disebut dengan Alquran. Adapun sejarah mengenai Alquran itu meliputi penyebutan kata “Alquran”, mengenai turunnya Alquran, mengenai pembukuan Alquran, dan lain sebagainya yang akan sedikit dijelaskan di bawah ini.

a.      Wahyu

Secara etimologi, wahyu (الوحي) adalah kata masdar yang mana, materi katanya menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan sepat. Sedangkan, secara terminologinya yakni isyarat cepat yang terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambing, dan terkadang melalui suara saja, terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan.
Adapun pengertian wahyu dalam arti bahasa itu bisa meliputi:
1.      Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Musa:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa
2.      Ilham yang berupa naluri dalam binatang, seperti wahyu kepada lebah:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia".
3.      Isyarat yang cepat melalui rumus dank ode, seperti isyarat Zakaria yang diseritakan Alquran:
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
4.      Bisikan dan tipudaya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia:
وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
5.      Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الأعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Sedangkan, wahyu Allah kepada para Nabi secara syara’ yakni kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi baik melalui perantara atau tidak. Adapun perbedaan antar wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham adalah intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta  tanpa mengetahui dari mana datangnya.
Wahyu Allah yang berupa Alquran diturunkan melalui beberapa proses. Manna’ Qattan menyebutkan bahwa cara turunnya wahyu Allah yang berupa Alquran kepada jibril dengan beberapa pendapat[1]:
1.      Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafadz yang khusus
2.      Jibril menghafalnya dari lauhul mahfud
3.      Makna Alquran disampaikan kepada Jibril, sedang lafadznya adalah lafadz jibril atau lafadz Muhammad SAW
Pendapat pertama itu yang lebih benar dan pendapat itu yang dijadikan pegangan oleh AhlusSunnah Wa al Jama’ah serta diperkuat oleh hadis Nawas bin Sam’an.
فُصّل القرآن من الذكر فوُضع فى بيت العزة من السماء الدنيا فجعل جبريل ينزل به على النبي صلّى الله عليه وسلّم.
Adapun proses turunnya wahyu Allah kepada Rosul terdapat dua macam cara:
1.      Melalui Jibril
Cara ini juga terdapat dua bentuk:
A.    Datang suara seperti dencingan lonceng dan suara yang sangat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran.
B.     Malaikat menjelma sebagai seorang laki-laki yang berbentuk manusia
2.      Tanpa melalui perantara. Diantaranya ialah; mimpi yang benar dalam tidur dan kalam ilahi di balik tabir seperti hal yang terjadi pada Nabi Musa.

b.      Nama Alquran

Mengenai asal usul nama Alquran ini terdapat beberapa pendapat:
Imam Syafi’i berpendapat bahwa lafadz Alquran yang dita’rifkan orang dengan “al”, tidaklah diambil dari satu kata lain dan tidak pula berhamzah. Dia adalah nama alamiyah bagi wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jelasnya, Imam Syafi’i berpendapat bahwa Alquran tidak berasal dari “qara’tu” pastilah segala yang dibaca manusia dapat dibaca Alquran.
Abu Hasan al Asy’ari berpendapat bahwa kata Alquran diambil dari kata “qarana” yang berarti “menggabungkan sesuatu dengan yang lain.” Kemudian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dinamai Alquran, mengingat surat-surat Alquran, ayat-ayat dan huruf-hurufnya beriring-iringan dan yang satu digabungkan dengan yang lain.
Al Zajjad, pengarang kitab Ma’ani al Quran, memiliki pendapat lain lagi, yaitu bahwa kata qur’an adalah sewazan dengan “fu’lan”, yakni harus dibaca dengan berhamzah (yaitu “qur’an”) yang diambil dari kata “qar-i” atau “qar-un” yang berarti mengumpulkan. Dan wahyu Allah yang disampaikan kepada Muhammad SAW disebut Alquran ialah karena di dalamnya itu dikumpulkan inti ajaran-ajaran kitab suci yang telah lalu.
Dalam persoalan asal usul kata Alquran, al Jahidh berkata, “Allah menanamkan kitabNya dengan nama yang berlainan dengan nama-nama yang diberikan orang-orang Arab, baik secara jumlah maupun secara tafsil. jumlah kalam tersebut dinamakan Alquran, sedangkan orang Arab menamakan kumpulan syairnya dengan qasidah.
Alquran juga memiliki nama-nama lain yang cukup banyak yang termaktub dalam Alquran itu sendiri. seperti al dzikr, al furqan al kitab dan al tanzil. Diantara nama-nama dalam Alquran tersebut, terdapat nama Alquran yang berarti bacaan itu lebih banyak dari pada nama-nama yang lainnya. Diantaranya dalah surat al Qiyamah ayat 16-18, Al Isra ayat 88, al Baqarah ayat 85, dan lain lain.

c.       Nuzul al Quran

Menjelang umur 40 tahun, Nabi lebih suka berkhalwat di Gua Hira’. Pada tanggal 17 ramadhan, selagi beliau di dalam gua, turunlah jibril membawa wahyu ilahi dan menyuruh beliau membacanya, “bacalah”. Mendengar ucapan itu, beliau terperanjat seraya menjawab, “aku tidak bisa membaca.” Beliau lalu direngkuh ketat beberapa kali oleh ibril, dan berkata lebih lanjut, “bacalah”, tapi beliau tetap menjawab, “aku tidak bisa membaca.” Peristiwa ini terjadi hingga tiga kali. Dan akhirnya jiril berkata tepat pada surat al alaq ayat 1-5.
Inilah awal turunnya wahyu sekaligus turunnya Alquran. Dan sebelumnya telah ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa wahuyu akan datang, yakni mimpi.
Adapun proses turunnya Alquran ini melalui:
1.      Satu jumlah diturunkan dari lauhul mahfudz ke langit dunia pada malam lailatul qadar
2.      Dari langit bumi sampai pada manusia berangsur-angsur selama 23 tahun melalui malaikat jibril yang menyampaikan pada Nabi.
Dalam firmanNya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Ketiga ayat tersebut merupakan satu bukti bahwa Alquran diturunkan pada malam lailatul qadar. Akan tetapi, para ulama berselisih pendapat mengenai pehamahaman dalam ketiga ayat di atas. Adapun pendapat-pendpat mereka adalah:
1.      Madzhab pertama, yakni pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama mengemukakan bahwa yang dimaksud turunnya Alquran pada tiga ayat tersebut adalah turunnya Alquran sekaligus ke bait al izaah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Lalu Alquran diturunkan kepada Rasul kita secara bertahap selama 23 tahun.
2.      Madzhab kedua, yakni al Sya’bi bahwa yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut adalahpermulaan turunnya Alquran kepada Rasulullah yang mana jatuh pada malam lailatul qadar, yang  kemudian turunnya berangsur hingga 23 tahun.
3.      Madzhab ketiga, berpendapat bahwa Alquran diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga malam lailatul qadar, yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pad setiap tahunnya.
Dari beberapa pendapat tersebut, diduga pendapat pertama adalah yang benar dan seringkali dipegang kebenarannya oleh banyak ulama.
Kemudian mengenai tanggal turunnya Alquran. Ada sekelompok golongan yang tidak setuju bahwa Alquran diturunkan pada tanggal 17 ramadhan dengan dalil hadis yang menyatakan bahwa lailatul qadar tidak jatuh pada tanggal 17 ramadhan. Padahal, sebenarnya dalam Alquran telah disebutkan mengenai hal tersebut.
Firman Allah
إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Quran) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Saat turunnya ayat pertama kali disebut “yaumul furqan” sehubung dengan Alquran yang merupakan pemisah antara yang haq dan bathil, dan yaumul furqan itu bertepatan dengan hari bertemunya dua pasukan. Pasukan yang dimaksud di sini adalah kaum muslimun dan pasukan musuh dalam perang badar, sedang perang badar terjadi pada tanggal 17 ramadhan.[2]
Dalam Alquran tidak ada redaksi valid bahwa penyampai wahyu kepada Nabi adalah malaikat jibril, tetapi sebenarnya nama malaikat jibril itu tersirat dalam beberapa redaksi ayat, diantaranya:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Dari beberapa penafsiran menyebutkan bahwa maksud dari ruh al qudus dan ruh al amin dalam ayat tersebut adalah malaikat jibril. Dari sini jelas bahwa malaikta yang menyampaikan itu adalah malaikat jibril, bukan malaikat yang lain.
Hikmah turunnya Alquran secara bertahap adalah:
1.      Menguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah
2.      Tantangan dan mukjizat
3.      Mempermudah hafalan dan pemahamannya
4.      Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum

d.      Makki Madani

Ulama berbeda pendapat dalam pemahaman mengenai makki dan madani.
1.      Dari turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekkah dan madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah.
2.      Dari segi tempat turunnya. Makki adalah yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya, seperti mina, Arafah, hudaibiyah. Dan madani ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti uhud, Quba dan Sil’.
3.      Dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekkah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk madinah

e.       Pembukuan Alquran

Pada masa turunnya Alquran, Alquran belum ditulis pada benda-benda tulis resmi seperti saat ini. Alquran ketika itu ditulis pada pelepah kurma, batu, saba, tulang-tulang binatang, dan lain sebagainya. Dari alat-alat tersebut jels diketahui bahwa penulisan Alquran pada saat itu masih berserakan. Maka, untuk menjaga keutuhan Alquran, perlu adanya pengumpulan Alquran agar tidak berserakan dimana-mana. Adapun pengumpulan ini memiliki dua arti:
1.      Pengumpulan dalam arti menghafal. Ini terjadi pada masa Nabi.
2.      Pengumpulan dalam arti penulisan. Ini juga terjadi pada masa Nabi.
Rasulullah telah mengangkat para penulis wahyu quran dari sahabat-sahabat terkemuka. Seperti Ali, Mu’awiyah, Ubai bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Bila ayat turun, beliau memerintahkan mereka untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surat, sehingga, penulisan dalam lembaran itu membantu penghafalan dalam hati.
Selanjutnya, pengumpulan ini berlanjut pada masa Khalifah Abu Bakar. Berawal dari perang Yamamah yang menewaskan sejumlah penghafal Alquran, Umar memandang bahwa Alquran akan musnah jika tidak dibukukan karena penghafalnya semakin minim pada waktu itu. Kemudian ia berdiskusi dengan Abu Bakar tentang masalah ini. Awalnya, Abu Bakar menolaknya karena keberatan melakukan hal yang tidak pernah dilakukan Nabi. Tetapi Umar terus mendesaknya, dan Abu Bakar terbuka hatinya. Lalu ia memerintahkan Zad bin Tsabit untuk membantu pengumpulan ini. Mengingat Zaid adalah salah satu penulis wahyu pada masa Nabi.
Kemudian, kodifikasi Alquran ini berkembang lagi pada masa Usman bin Affan. Berawal dari para qurra tersebar di berbagai daerah Arab. Dan diketahui ternyata antara penduduk daerah satu dengan daerah yang lain ini memiliki perbedaan bacaan. Dan mereka saling ricuh dengan perbedaan tersebut, tanpa mengingat bahwa Alquran diturunkan dengan tujuh huruf. Melihat fenomena ini, Hudzaifah melaporkan kepada Usman. Dari sinilah muncul ide untuk mengumpulkan Alquran menjadi satu bacaan, yakni yang sekarang terdapat pada rasm Usmani.
Dari sini dapat diketahui jelas bahwa pengumpulan Alquran pada masa Abu Bakar dan usman berbeda. Yakni, motif yang ada pada Abu Bakar adalah kekhawatiran akan hilangnya Alquran. Dan pada masa usman, motifnya adalah menyeragamkan bahasa Alquran  dengan satu bahasa demi persatuan umat.[3]




[1]Moh Ali al Shabuni, Pengantar Ilmu-Ilmu Alquran, (Surabaya: al Ikhlas, 1983), 64.
[2] Ahmad Shalaby, Alquran yang menakjubkan terjemahan kitab I’jaz al Quran, (Surabaya: Bina Ilmu, 2008),20.
[3]Manna’ Khalil al Qattan, Studi Ilmu Alquran, cetakan kelima belas (Surabaya: Halim Jaya, 2012), 197.

Kamis, 18 September 2014

Contoh Teks Taqdim al Qishah

ليلى مجنون

ذات يوم, كان أمير من بني عمر في جزيرة العرب له أشياء أرادها الناس, إلا أنّه ما عنده الولد. العلماء والأولياء ينصحونه باالسجود إلي الله تعالي. وسجد إلي الله وقال: "يا ربّي لا تدع شجرتنا بلا ثمر, اسمح لنا بأن نشعر حلوة تدليع في العناق, نستهدي أمانة لنشأة رجل مقدم, أعطنا فرصة لأن أجعلك فخرا بأبنائنا".
وبعد أشهر قبل دعائه وأعطي الله الولد إليه وسمي بالقيس. حين بلغ عمر القيس أدخله أبوه إلي المدرسة الجميلة التي فيها أجود المدارس في جميع أنحاء العرب, تجمع فيها الرجال والنساء. من بعض النساء اسمها ليلى, لها سوداء العين والشعر لذا سمي بليلى.
لقد نبت شعور الحبّ في قلبهما منذ أوّل دخول المدرسة, يوما بعد يوم حرق شعور الحبّ بينهما, المدرسة ليست مكانا للتعلم, بل مكانا للتقاء بينهما حينما يدرّس المدرّس كان العين لا ينفصل بينهما. لا فرح ولا صاحب عندهما. الدنيا لهما,هما عمي وهما بكم عن الآخرين.
حينما غابت ليلى في الفصل, شعر القيس بقلق, حتّى ذهب من المدرسة ومشى إلي الطرق لبحث عن حبّه, ويدعو اسمها "ليلى!! ليلى!!" وضحك الناس وقال "مجنون... مجنون!!!
ثمّ وجد مجنون مكانا قريبا من قرية ليلى. ويبنى البيت الصغيرمواجها ببيت ليلى. جلس مجنون كلّ يوم أمام بيته الذي يقع جانب النهر, ورأي مجنون الطيور يطير فوقه وطلب منها أن تطير إليها, وأخبر إليها بأنّه قريب منها.
بعد أن سمع أبو مجنون خبرا من المجتمع شعر بآسف, واحتفل أبوه ويدعو المالكة من أنحاء البلد لمجنون كي يستطيع أن ينسي ليلى. ولكن ليلى هي ليلى, لا تبدل منها إلي نساء آخر.
أبو ليلى الّذي يسمع حكاية من المجتمع لا يفكّر طويلا. واسرع بإنكاح بنتها بقائد بلد آخر, ولكن ليلى تردّه, لا تريد أن تنكح إلاّ بمجنون. فأجبر أبو ليلى. وأتى يوم نكاحها بابن سلام. مجنون الّذى يسمع خبر نكاحها بأحد ملك يرسل الشعر:
"لعلّكما في فخر أبدا, فقط واحد طلبت منك على آيات حبّك, لا تنسيني في قلبك يا حبيبتى"
فأجابت ليلى ذلك الشعر:
"في حيا تي, لا أقدر على نسينك ولو دقيقة, حفظت حبّى طويلا. حتّى لا أستطيع أن أحكي إلي آخرين".
ولا يطيق زوجها بحالها الّذي لا تقترضه زوجا, وبعد يوم أصابه المريض ولا يطيق لأنّ حبّه لأ يأتى بفائدة ويتوفّى بحال حزن.
يوما بعد يوم لا تزال ليلى تبكي بشوقها, ولو كانت بكرا لكن وجهها شيخ, تنقص صحّتها وضعفت جسمها. وفي ليلة بريدة تبصر عينها نافذة, وتوفيت سكينة وقالت "مجنون... مجنون..."
حين سمع مجنون ذلك الخبر فأغمي عليه وسط الصحراء, وبعد إفاقه ذهب إلي قرية دفنت فيها ليلى. حتّى لا يقدر على مشي فيبطؤ جسمه, حتّى يصل إلى قبر حبيبته, ما له طريقة لتخفيف حبّه.
فوضع رأسه على قبر حبيبته وتوفّى مطمئنا.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Nama-Nama Kitab Musnad


1.  المسند لإمام أحمد بن حنبل
2.  المسند لموسى بن عبد الله العبّاس
3.  المسند لمسدد بن مسرهد
4.  المسند لأسد بن موسى
5.  المسند لأبى داود الطيالسى
6.  المسند لنعيم بن حمّاد
7.  المسند للحميدى
8.  المسند لعلى المدائد
9.  المسند لعبيد بن حميد
10.                   المسند للبزار
11.                   المسند للبقى بن مخلد
12.                   المسند لأبى يعلى الموصلى
13.                   المسند لأبى راحوية
14.                   المسند لمحمّد بن نصر المرزوى
15.                   المسند لأبى بكر بن أبى شيبة
16.                   المسند لأبى عيقسم الغاوى
17.                   المسند لعثمان بن أبى شيتة
18.                   المسند لأبى الحسين بن محمد المسرخاسى
19.                   المسند للدارمى
20.                   المسند لسعيد بن منصور
21.                   المسند لأبن الجامع محمد بن أحمد
22.                   المسند لأبن نصر الرازى بن منذر
23.                   المسند لمحمّد بن إسحاق
24.                   المسند للخوارزمى
25.                   المسند لمحمّد بن يحيى بن عمرو العدنى
26.                   المسند لأبن أبى شيبة أحمد بن مانع
27.                   المسند لأحمد بن حميد
28.                   المسند للحارث بن محمّد بن أبى سلمة
29.                   المسند لعبد بن حميد
30.                   المسند لأبى عوانة
31.                   المسند لأبى بكر أحمد بن عمرو بن عبد الخالق البزار
32.                   المسند لشهاب
33.                   المسند لأبى هريرة
34.                   المسند لعبد بن حميد الكاشى
35.                   المسند لجابر بن عبد الله الأنصارى
36.                   المسند لعبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنه
37.                   المسند لعبد النجاد
38.                   المسند للشافعى
39.                   المسند لأبى حنيفة
40.                   المسند لعبد الله بن زبير الحامدى
41.                   المسند لعبد الله بن وهّاب
42.                   المسند لمحمّد هارون الرويانى
43.                   المسند لحارث بن أبى أسامة التميمى
44.                   المسند للهيثم بن كليب الشاشى
45.                   المسند للأمام الشهيد زيد
46.                   المسند لأنس بن مالك
47.                   المسند للبصرين
48.                   المسند للنساء
49.                   المسند لعبد الله بن عمرو بن العاص
50.                   المسند الشاميين للطبرانى
51.                   المسند للربيع بنت معوذ بن عفراء